Followers

Popular posts

Archive for May 2014

Surat untuk penghuni Surga

Saturday, May 24, 2014
Posted by emiliooktori@blogspot.com
 





"Surat Untuk Penghuni Surga"

 Berawal dari sebuah keluarga penuh kebersamaan dan bahagia dengan gagasan kasih sayang cinta di bawah satu atap. Di dalam nya terisi 2 orang kakak beradik yang menambahkan ekspresi kebahagian. Anak itu ialah aku FARIS dan adik ku YUDA serta bersama orang tua kami. Saat ini Aku baru sudah menyelesaikan babak sekolah menengga pertama dan adik ku masih duduk di bangku sekolah dasar.
Berawal di suatu liburan sekolah, kali itu Aku bersama keluarga ku berliburan, untuk pergi menujuh ke sebuah puncak gunung, penuh lintas harmoni jalan yang kami sisir , Ayah dan Ibu ku duduk di depan sedangkan kami berdua duduk dan berbaring di belakang. Begitu indah liburan saat itu beberapa waktu kami lalui di sana, sapah hangat yang terangkai di keluarga ku. Terasah puas membuang waktu. Setelah  liburan kami sekeluarga pun pulang  menuju kediaman kami.
Di saat perjalanan pulang ini lah kelat nya hidup mengawalai terpapar, perjalanan pulang sesampai di lereng gunung hujan begitu deras menerpa membentuk genagan air yang menganak sungai, begitu sulit untuk membedakan jalan dengan genangan tersebut. Ayah tetap melajuh dengan cepat menggingat dinding gunung rentang terkena amblas, ternyata malapetaka untuk keluarga ku tak ter elakan, mobil yang kami tumpangi jatuh ke dalam jurang. bah kaca terlempar batu liburan kami berubah menjadi kecemasan.
Setelah beberapa waktu berlalu Aku tersadar berada di mobil,aku melihat Ayah dan Ibu ku terbaring berdarah. Adik ku pun juga demikian,Aku tak sanggup berdiri kaki ku terjepit suatu benda. Aku berteriak sekuat mungkin untuk meminta bantuan.
15 tahun berlalu setelah peristiwa malang itu Aku hanya mampu berjalan dengan tongkat pembantu ku. Hari ini aku dan adik ku  pergi mengunjungi makam Ayah dan Ibu kami, adik ku mengalami kelemahan dalam berfikir akibat benturan di kepala nya karena peristiwa pilu itu, setiap kali berziara dia selalu membawa poto Ayah dan ibu, Ia tak mengerti kalo Ayah dan Ibu kami telah tiada.
Setelah berziara Aku dan Adik ku pulang kekediaman kami, semenjak mereka pergi kehidupan kami begitu hampa sirna cahaya goeres kasih orang tua. Semua harta peningalan mereka hampir habis, yang tersisa hanya rumah ini. Hampir semua uang itu Aku gunakan untuk mengobati adik ku Yuda. Ia adalah harta terpenting buat ku saat ini. 
Aku berkerja di sebuah kantor pos di dekat wilaya ku. Hampir seluru gaji ku, Aku tabungkan untuk biaya operasi Adik ku nanti. Menggingat biaya itu tidak lah sedikit. Aku akan menyerah kan semua nya untuk kesembuhan Adik ku, setiap kali Aku berangkat kerja mengantarkan surat, mengunakan motor yang telah Aku modif agar Aku bisa mengunakan nya. Aku merenungi hal sedih di tiap hari ketika inggin pergi bertugas mengantar surat , setiap harinya juga selalu ada 1 surat yang tak pernah Aku sampaikan kepada penerima nya. Yaitu surat Yuda untuk Ayah dan Ibu, haru yang terasa setiap kali membaca tulisan sepotong-sepotong kerinduan Ia.
Semenjak 2 tahun Aku bekerja di sini Yuda selalu menitipkan 1 pucuk surat setiap hari nya meminta Ku mengirimkan itu. Pernah di suatu ketika Aku meneriaki nya menjelas kan ke Dia bahwa Ibu dan Ayah telah lama meninggal tetapi ia hanya menangis dan berlari, mengatakan Aku pembohong. Aku tak punya kekuatan untuk mendengar tangis dia. Aku segera mengejar dan memeluk ia dengan erat serta meminta maaf ke Dia kemudian berkata kalo kedua orang tua kami masih hidup.
Di balik kesedihan Aku ini aku memiliki seorang kekasih yang senang susah selalu menemani ku. Nama nya adalah HILDA. Memberikan motifasi dan semangat di saat Aku terpuruk. Kesan hidup ia pun juga tak terlalu beruntung ia juga tinggal sebatang kara, bagi Dia hanya kami keluarga untuk nya.
Dia pun orang yang selalu menemani ku untuk memeriksa keadaan Yuda adik ku, hampir setiap minggu kami memeriksa kesehatan Yuda. Hari itu kesehatan Yuda memburuk untuk  di rawat, Dokter berkata untuk segera melakukan operasi pendonoran organ. Dan Aku hanya pilihan donor untuk Yuda sebab aku tak memiliki uang lebih untuk membeli donor untuk yuda, resiko pendonor untuk operasi Yuda ia lah kematian. Aku telah siap untuk itu, di sini pun uang untuk operasi Yuda masih kurang . begitu berat hidup ku tuhan mampu ka Aku menapak jalan sedang kan kaki ku penuh luka dan jalan yang menajak. Aku bersedih di balik pintu kamar tempat Yuda di rawat irama hati yang putus asa dengan membentuk tetes di pipih, tak lama berselang Hilda datang menghampiri ku. Ia memberikan semua tabungan yang ia miliki untuk membantu kekurangan keuangan yang Kami derita, begitu baik nya ia mungkin aku bermimpi melihat Malaikan wanita turun di bumi ini.
Di hari sebelum operasi berlangsung aku berpesan kepada Hilda jika aku meninggal di operasi nanti tolong jaga Yuda dia adik ku. Aku akan selau hidup di dalam diri Yuda. Dan aku ingin menyampaikan semua surat yang Yuda tulis setiap hari. Surat itu akan ku antar kepada kedua orang tua kami yang berada di surga.
Itu adalah sedikit pesan yang Aku amanat kan untuk Hilda. Ia hanya tersenyum mendengar kan perkataan ku.  Hari itu pun juga Aku berpamitan bersama semua rekan kerja dan para tetangga ku, mereka turut begitu sedih dengan apa yang kami alami. Aku meminta Hilda mengurus semua keperluan ku sebelum operasi. Aku dan yuda di hari itu selalu bersama banyak mainan dan hadia yang aku berikan untuk ia.
Hari itu pun tiba. Aku dan Yuda telah dibaringkan di ranjang operasi, ranjang ku penuh dengan surat, yang telah di tulis Yuda, akan ku bawah surat ini dan akan ku sampaikan kepada ayah ibu ku nanti.
Obat bius pun telah masuk kedalam tubuh ku, kesadaran ku pun telah hilang.
Beberapa jam berlalu aku tersaadar , terasa keletihan didiriku ada segelintir hal aneh yang Aku rasakan, tak ada rasa sakit yang aku derita dan semua surat yang berada di ranjang ku telah menghilang. Apakah aku telah sampai ke tempat tujuan?.
Tak lama berselang dokter menghampiriku dan ia berkata pada ku, operasi Yuda berhasil ia mungkin akan bisa kembali normal, tetapi maaf keberadaan Hilda telah tidak dapat kami pertahan kan. Ia telah pergi, tak berfikir banyak Aku langsung berlari menuju ruangan Hilda , yang kulihat Ia bersama tumpukan puluhan surat milik yuda, Aku hanya menangis memeluk ia dan aku sangat tak relah dengan kepergian ia. Ternyata ia diam-diam mengurus untuk pengantian donor. Aku telah mencintai seorang malaikat.
Hilda di makam kan di dekat makam Ibu dan Ayah kami.
ia mengantikan tugas ku untuk mengantarka surat itu ke surga.

 

Terimaksi telah menyempat kan membaca karya kami

BERSAMBUNG